Selasa, 22 Februari 2011

MENJADILAH GURU YANG ARIF

Oleh: Heri Junaidi

Sahabat....

Sejak alumni dari gontor, tiada henti saya belajar menjadi guru. banyak pengalaman yang tidak pernah didapat di bangku kuliah dan awalnya bukan menjadi cita-citaku, malah mendapat pengalaman menjadi guru di lapangan. dari guru TK/TPA, guru SD, SMP, SMU, les private, punya usaha bimbingan dan kursus sampai akhirnya menjadi guru bagi mahasiswa semua pernah dilakoni dalam proses, sehingga akhirnya kutemukan jiwaku untuk pengabdian dunia akademik ini. berbagai kisah sudah kutemukan, akhrinya sampai pada batas berbagai pengalaman dilapangan sekarang saya juga dapatkan. banyak kisah teladan guru yang akhirnya khusnul khotimah, sampai akhir hayatnya selalu di dudu dan ditiru, banyak sekali guru yang dengan kesederhanaan seperti digambarkan "Iwan fals" dalam lagunya menjadi ketauladanan dalam setiap masa, menjadi pembicaraan dari mulut kemulut. kisah mereka pasti mitra FB rasakan dan alamani bagaimana guru-guru itu menjadi idola. namun juga aku ingin melihat bagaimana dinamika dunia pendidikan saat ini ketika:

1. guru yang diancam siswa

2. Guru yang dilaporkan polisi karena "menganiaya" siswa

3. Guru yang ditakuti sekaligus dicueikin

4. Guru yang cuma text book dan marah-marah

5. Guru yang dibenci karena ketidak jelasan keahlian yang dimiliki.

Sahabat...

Mengapa ada 5 kisah (yang saya contohkan ini) muncul ditengah kehidupan dunia pendidikan. saya ingin berbagi tidak dalam kajian buku, tapi digalli dari pengalaman. Guru sebenarnya memiliki 3 jiwa dalam satu hatinya yang tidak bisa hilang salah satunya: (1) murrabi, Guru adalah mendidik. mendidik berarti memberikan uswah dalam semua aspek. Uswah berarti contoh. contoh dalam taat waktu, contoh dalam berpenampilan, contoh dalam berdialog, contoh dalam menerima pesan lingkungan dalam arti bahwa nilai "Iqra" dia mampu bawa dalam semua perhatian. selalu berupaya untuk menilai semua realitas anak didiknya dengan kalimat "why...?", bukan "what, dan who" dahulu?...mengapa anak ini nakal?; mengapa anak ini pendiam tidak seperti biasanya; Mengapa anak ini sering terlambat?. maka kemudian "how.." bagaimana menyelesaikannya. so, ibda binafsihi , mulai intropeksi diri...bagaimana saya selama ini, sudah benarkah dari aspek (X, Y atau N) koreksi dari diri sendiri dahulu, sambil berupaya mengajak anak untuk berbenah diri. mengajak yang baik adalah dengan implemtasi, dialog ibarat kakak dengan adiknya (bukan gaya Tuan dengan hamba sahaya!) ; (2) A'lim, yang berarti pintar. guru adalah orang yang pintar pada keahliannya. pintar dari aspek ilmu, pintar dalam membangun sinergi kelas, pintar dalam membangun motivasi. dan itu perlu lathan dan belajar dari pengalaman demi pengalaman...Guru mampu membuat pelajaran yang sulit dan menakutkkan bagi peserta didik menjadi pelajaran yang sangat mudah, enak, dan bisa dimengerti. Disinilah guru bisa berimprovisasi membangun terobosan dalam membuat kerangka yang bisa dipahami siswa. hilangkan kalimat," masa sih...begini aja ndak bisa!"; "kamu memang LOLA (louding lambat); dasar...emang kamunya malas, begini aja susah diterima...." yang perlu dinilai adalah "sudah paskah metode yang diajarkan kepada siswa? sudah seimbangkah model yang dibuat saya dalam menjelaskan pelajaran kepada strata siswa?.....mungkin sudah, pertanyaannya, masih cocokkah model yang saya lakukan atau malah sudah kadaluarsa dan ketinggalan zaman (ingat, kita harus mampu melakukan keseimbangan dengan dinamika kehidupan mereka sekarang) dari sisi ini maka guru selalu ssetiap hari ada waktu untuk membaca dan belajar; (3) Hakim yang Arif dan Bijaksana. ingatlah, Hukuman dalam konsep mendidik adalah pada tingkat paling bawah, bukan yang pertama dalam struktur kependidikan. sedih rasanya jika seorang guru mnejadikan hukuman (apalagi phisik) diletakkan pada konsep awal dalam mengajarnya. sedih jika seorang guru berani memukul kepala siswa, apalagi sampai menempeleng, memukul hingga terjadi pelaporan dengan alasan siswa "nakal dan tidak patuh"...

Sahabat....

Hukuman dari seorang guru yang arif adalah pada tataran yang paling terakhir (bukan satu-satunya) dengan cara yang mendidik pula. berilah hukuman dari jiwa ikhlas guru yang membuat peserta merasa "subhanalllah, saya bener-bener salah, bukan "aduhh...pak/bu, ampun, sakit...... contoh, jika ada yang terlambat masuk kelas dengan alasan yang tidak logis, bisa siswa itu tidak diizinkan masuk kelas, disuruh belajar ke perpustakaan sekolah dan meresume satu buku di perpustakaan; jika ada anak tidak membuat PR misalnya, suruh dia mengerjakan PR di papan tulis, dan yang lain menilai, sembari guru menilai PR yang dikumpulkan. selain hukuman, rewardpun sudah saatnya dibangun kembali dengan berbagai macam cara (dan itu ada dalam buku-buku cara mendidik)....


Sahabat...

Guru adalah pemain sandiwara yang handal. seorang pemain sandiwara tidak bisa tampil jelek di depan publik. so, masalah di rumah, masalah hutang, masalah gaji, masalah-masalah yang membuat emosional, ketika masuk dalam lingkup sekolah dan kelas, hilangkan....jadikan dunia kependidikan tempat menyenangkan dan menghilangkan kegelisahan dan emosional diluar. Jangan bawa dalam kelas.....sehingga kita tetap perfeect didepan mereka, dan akhirnya mereka nyaman dan selalu menanti kehadiran kita sebagai guru bukan sebaliknya muncul doa peserta, "semoga guru.....tidak masuk hari ini"; Syukurlah guru ...idak masuk". hal yang paling penting jangan sekali sekali dalam keadaan apapun seorang guru mengeluh seperti,"kamu ini seperti ndak tahu saja, gaji kami ini kecil, maka jangan buat kami kesel....." dan keluahan keluhan lain yang malah menjadikan siswa "sebel" mendengarnya.


Sahabat...

Pada akhirnya Kita memiliki ketauladanan mendidik dari Rasul Allah dan kitab suci. contohlah dari nilai-nilai itu, implementasikan dengan keikhlasan, keteguhan, ketegaran dan selalu berdoa untuk kemudahan dalam mendidik dan mengajar. jika itu dilakukan, yakinlah rizki dan dana akan datang selalu....

"Cintailah pekerjaan, maka pekerjaan akan membimbingmu menuju apa yang harapanmu"...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar